Rabu, 23 September 2015



AKU UNTUK INDONESIA

(Aku dan Mimpiku, Mimpi Kita, dan Mimpi Indonesiaku)



“………Berilah aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia”. Kutipan yang disampaikan oleh Bung Karno dalam orasinya ini, mungkin saja pernah anda baca atau dengar. Dalam kalimat tersebut, setiap dari kita yang membacanya pastilah memilki interpretasi yang berbeda-beda. Menurut saya, kalimat yang secara tersirat ini menekankan bahwa pemuda sangatlah besar peranannya bagi kemajuan suatu bangsa.

Jika kita flashback sejarah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 dan sebelumnya, ketika Indonesia masih dibawah jajahan, serta bagaimana gigihnya para pahlawan yang membela tanah air demi sebuah kata “kemerdekaan”, melukiskan bahwasannya “ucapan terima kasih saja” terhadap para pahlawan tidaklah cukup untuk mengenang jasa mereka memperjuangkan negeri kita, Indonesia tercinta. Sebagai pemuda Indonesia, saya merasa memiliki tanggung jawab penuh dalam meneruskan perjuangan pahlawan, karena saya yakin bahwa mengisi kemerdekaan sebaik-baiknya adalah salah satu wujud langkah nyata dari sekedar ucapan terima kasih itu.

Bagaimanakah kita seharusnya mengisi kemedekaan ini? Haruskah dalam lingkup besar? Adakah  kekuatan besar yang datang secara tiba-tiba untuk mewujudkan sesuatu yang berarti itu? Jawabannya tidak. Karena justru dari langkah kecil itulah menentukan perubahan besar dalam hidup kita. Terus belajar dan meluangkan waktu menulis blog untuk berbagi pengalaman positif juga termasuk wujud nyata kita mengisi kemerdekaan. Tentunya, selama blog yang kita tulis mengandung hal positif dan bermanfaat pada orang lain. Itulah mengapa melalui blog ini, saya ingin berbagi kisah atau proses belajar ilmu dan pengalaman hidup saya pribadi. Dengan harapan dapat memberikan inspirasi kepada teman-teman sas789blog.

Saya adalah pemuda Indonesia yang tinggal di pulau Sulawesi tepatnya di Provinsi Gorontalo. Pemuda yang hanyalah dengan bekal segudang mimpi, cita-cita, rencana, semangat, serta kerja keras untuk terus ingin berkarya. Semangat dan niat untuk memberikan pengabdian bagi negeri ini termasuk lingkungan sekitar adalah salah satu tujuan hidup yang tidak pernah saya lupakan. Sebagai pemuda Indonesia asal Gorontalo yang terlahir dari kedua pasangan abdi Negara, saya terus berkeinginan kuat untuk tekun belajar, dan berbagi hasil belajar tersebut kepada orang lain. Saya begitu mencintai dunia pendidikan sehingga sebagian besar waktu saya habiskan untuk belajar, belajar ,dan belajar serta mengajar, mengajar, dan mengajar.

Perjalanan saya menyusuri kehidupan dari desa ke kota di Provinsi Gorontalo telah menghadirkan ilustrasi atau potret pendidikan saat ini di Provinsi saya. Indonesia telah merdeka, namun kemerdekaan seperti apakah yang kita inginkan? Inilah yang selalu hadir dalam benak saya ketika menyusuri potret pendidikan, khususnya di daerah terpencil bahkan di bagian kota provinsi saya. Sepertinya, banyak hal yang harus dibenahi. Namun, untuk membenahi ini pastilah membutuhkan proses baik dari segi biaya, tenaga dan waktu yang panjang. Maka, bukankah sebagai pemuda kewajiban kitalah untuk melangkahkan kaki membantu kerja pemerintahan ini? Bagi yang tidak terbiasa melakukannya, mungkin saja hal ini terdengar sulit, akan tetapi bagi saya suatu kenikmatan hidup sebenarnya hadir melalui proses perjuangan seperti ini.

Satu langkah awal yang pernah saya lalui dalam perjalanan hidup ini adalah memberikan pelajaran kebahasaan baik mengajarkan bahasa Inggris yang menjadi background pendidikan saya, dan mengajak untuk tetap melestarikan kebahasaan daerah Gorontalo yang semakin lama semakin tidak digunakan oleh generasi muda asli Gorontalo. Di Desa Tangga Jaya Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo menjadi salah satu tempat perlabuhan saya untuk membagikan sedikit pengetahuan, yang diperoleh sejak duduk di bangku kuliah.


Hal pertama yang sangat memprihatinkan bagi saya pribadi adalah kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan, sehingga tidak jarang ditemui generasi muda yang putus sekolah di lingkungan ini. Disisi lain, hal menarik bagi saya adalah anak-anak ini tetap begitu antusias dalam belajar, walaupun ternyata jarak antara sekolah, dan tempat tinggal mereka terbilang cukup jauh. Terlebih yang membanggakan saya adalah anak-anak ini yang masih begitu kental dengan bahasa daerahnya, sehingga membuat saya terinspirasi mengajak mereka membentuk komunitas sebagai icon generasi muda Gorontalo terpencil yang masih mencintai, dan fasih berbahasa daerah. Disinilah saya memulai perjalanan pengabdian pendidikan melalui pengajaran menggunakan metode belajar bahasa Asing yakni bahasa Inggris melalui bahasa daerah secara outdoor.  





Potret pendidikan Gorontalo saat ini tidak hanya saya dapatkan melalui pendidikan anak di daerah–daerah terpencil, melainkan juga saya melihat bagaimana potret pendidikan pada anak –anak berkebutuhan khusus dalam ruang lingkup formal di daerah perkotaan. Sungguh sangat disayangkan kurangnya tenaga pendidik, khususnya dalam bidang bahasa, dan kompetensi pendukung yang mengajar pada ranah-ranah seperti ini masih sangat kurang. Saya pun pernah mengangkat ini sebagai studi kasus dalam penelitian ilmiah saya, meskipun saya tak tahu kapan solusi dapat disediakan pemerintah untuk mewujudkan keberhasilan dan pemerataan pendidikan dalam ranah ini.

Bagi saya kritikan bukanlah jalan utama, namun kontribusi melalui saran pembenahan dan bantuan moril yang kita lakukan sebagai pemuda sangatlah dibutuhkan. Meskipun, saya tidak secara langsung dapat membuat perubahan yang begitu besar, dan wujud pengabdian secuil ini mungkinlah tidak dapat disetarakan dengan seberapa besar perjuangan para pahlawan membela tanah air untuk memperoleh kemerdekaan. Tetapi merupakan kepuasaan tersendiri bagi saya menjalani aktifitas-aktifitas seperti ini.

Pesan yang ingin saya bagikan untuk teman-teman sekalian adalah “janganlah berfokus untuk menjadi yang terbaik, namun berfokuslah untuk menjadi yang menyenangkan. Karna pastilah yang menyenangkan adalah sesuatu yang terbaik, dan yang terbaik biasanya belum tentu menyenangkan. Pikirkan dan putuskanlah secara baik-baik apakah hidup ini, akan kita habiskan untuk menjadi yang terbaik atau yang menyenangkan. Karna Hidup yang bermakna adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain.

Sampai pada akhirnya entah misteri seperti apa yang membawa saya berjalan mengikuti seleksi PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) dan terpilih menjadi delegasi AIYEP (Australia Indonesia Youth Exchange Program) 2015. Bagi saya ini bukanlah sebuah kebetulan, namun inilah kesempatan emas yang diberikan Tuhan untuk saya agar mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan berharga, sehingga sekembalinya saya mampu memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi masyarakat Indonesia dan terlebih di daerah kelahiran saya, Provinsi Gorontalo.

Rabu, 09 September 2015

Kebudayaan Unik 2: Masyarakat Gorontalo



KARAWO: Kain Khas Unik ala Gorontalo

Indonesia adalah Negara yang kaya akan potensi alam serta beragam budayanya. Perbedaan dan karakteristik ini dapat dilihat dari berbagai suku, ras, agama, bahasa yang dapat di jumpai pada masing-masing provinsi di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia memiliki pesona luar biasa Indahnya untuk dapat memikat hati  dan pandangan bagi setiap pengunjung di Negeri yang terkenal dengan motto atau slogan “berbeda-beda tetapi tetap satu jua” ini. 


Jika berbicara tentang budaya, tentulah tidak akan pernah ada habisnya. Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan unik yang menjadi ciri khas tertentu di daerah-daerah mereka. Salah satu bukti adanya kekayaan ini dapat dilihat dari berbagai macam kain khas tradisional,  misalnya: kain tenun, songket ataupun kain batik dan lain-lain yang bisa menjadi ciri khas di daerah-daerah tertentu.


Nah, mungkin yang belum pernah berkunjung ke Gorontalo atau belum pernah membaca berita seputar Karawo Gorontalo, saya berharap semoga informasi ini dapat menjadi referensi untuk pembaca blog sas789irl. Seperti beberapa daerah lainnya, Provinsi Gorontalo juga memiliki kain tradisional yang khas dan berbeda. Dari beberapa kain tradisional yang ada, Gorontalo memiliki kain yang unik yang disebut dengan Karawo. 



Seperti dikutip dalam pamflet tentang Kerajinan Sulaman Karawo yang di informasikan oleh Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo bahwa karawo adalah salah satu jenis motif hias seni rupa dua dimensi. Karawo merupakan suatu produk kerajinan sulaman tradisional di Gorontalo yang turun temurun sejak awal abad ke-18, tepatnya pada tahun 1713, di wilayah Ayula, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. 


Karawo adalah kerajinan berupa sulaman benang dengan motif tertentu diatas kain yang sudah dilubangi. Istilah karawo itu sendiri berasal dari kata “Mokarawo” yang merupakan bahasa Gorontalo asli yang artinya mengiris atau melubang. Sesuai dengan informasi yang dikutip oleh penulis blog dalam pamflet ini, karawo dahulunya lebih dikenal dengan sebutan kerawang. Namun, sejak tahun 2011, Bank Indonesia Provinsi Gorontalo mempopulerkan istilah karawo untuk menggantikan istilah kerawang. Istilah ini diganti setelah melakukan diskusi dengan pemerintah daerah, pelaku usaha dan juga tokoh masyarakat Gorontalo. Sejak itulah, istilah karawo sudah banyak digunakan oleh masyarakat Gorontalo. 


Diantara pembaca dan pengunjung blog ini pastilah bertanya-tanya apa sih yang menjadi keunikan dan kekhasan dari kerajinan Karawo ini?  Jawabanya adalah keunikan dan kekhasan dari kerajinan Karawo ini, jika di bandingkan dengan kerajinan serupa yang ada di daerah lain terletak pada proses pengerjaannya. Proses pengerjaan yang harus melalui proses pengirisan dan pencabutan benang. Seperti yang dikemukakan oleh Rosyid Al azhar, salah satu penulis blog tentang karawo dan pada Pamflet yang diinformasikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo bahwa proses karawo ini sangat membutuhkan kesabaran, keuletan dan ketelitian para pengrajin agar kain ini tidak rusak. Selain itu, pada saat mengiris para pengrajin juga harus bisa menyesuaikan jumlah benang kain yang akan diiris dengan pola desain karawo yang akan diterapkan pada kain. Jika jumlah benang yang diiris dan dicabut ini tidak sesuai, maka akan mengurangi keindahan hasil sulaman karawo itu sendiri. Proses pengirisan dan pencabutan benang ini disesuaikan dengan jenis serat kain, ketebalan dan kerapatan kain.


Berbicara tentang jenisnya, sulaman karawo terdiri dari 2 jenis. Jenis pertama yakni karawo ikat,  dan  jenis yang kedua adalah karawo manila. Jika karawo ikat adalah karawo yang sulamannya berupa ikatan simpul pada lubang kain, dan biasanya dibuat dengan menggunakan benang jahit biasa. Contoh karawo ini dapat dilihat pada kreasi “lenso” (sapu tangan), dan kipas karawo. Sedangkan karawo manila adalah karawo yang sulamannya berupa garis-garis lurus membentuk pola motif tertentu dan biasanya dibuat menggunakan benang emas atau yang dikenal dengan benang manila. Karawo jenis ini paling banyak dibuat pada pakaian.


Bagi anda yang memiliki rencana untuk berkunjung ke Provinsi Gorontalo, penulis menyarankan untuk tidak lupa mengunjungi dan membeli kain unik tradisional Gorontalo ini. Sulaman karawo ini bisa menjadi bingkisan atau souvernir pernikahan, hadiah ulang tahun, dan bahkan bisa jadi kenang-kenangan istimewa anda ketika berkunjung.  Anda pun pastinya bisa memilih kerajinan ini dengan berbagai macam jenis pilihan mulai dari karawo yang sudah di buat menjadi kaos, kemeja, kipas, sapu tangan, dasi, jilbab, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan anda. 


Hal menarik lain, yang pastinya akan anda jumpai disaat berkunjung ke Gorontalo misalnya ke instansi – instansi/dinas pemerintah, acara/event tertentu dan bertemu anak muda Gorontalo, jenis kerajinan karawo ini telah dijadikan sebagai pakaian bekerja, pada acara-acara tertentu dan bahkan menjadi ajang untuk model fashion show anak muda Gorontalo. 


Tidak lupa pula, bagi anda yang berniat untuk berkunjung ke Provinsi ini janganlah lupa untuk menguikuti festival karawo dalam bentuk karnaval yang biasanya di gelar pada akhir tahun. Tentu anda akan banyak berjumpa dengan orang-orang yang mengenakan baju-baju berbagai model yang diaplikasikan oleh kain karawo ini. Selain itu juga, di Provinsi Gorontalo anda akan dapat menyaksikan beberapa kegiatan yang diselenggarakan, misalnya: lomba foto karawo sampai dengan motif karawo dan beberapa parade menyulam karawo.  


Info menarik terbaru lagi untuk anda yang mungkin pada waktu dekat ini berencana berkunjung ke Provinsi Gorontalo, nantinya akan ada festival karawo yang bisa disaksikan bersama dengan festival boalemo  yang merupakan rentetan acara Sail Tomini 2015 pada esok hari 10 september. (dikutip dari. http://www.cnnindonesia.com oleh  Tri Wahyuni).


Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Dan sebelum mengakhiri tulisan ini saya ingin melampirkan beberapa contoh dokumen pribadi berupa foto yang diambil saat festival karawo (lomba foto) tahun 2014, foto pakaian milik penulis blog serta souvernir-souvenir yang Insya Allah akan dibawa sekaligus di promosikan nanti pada Program Pertukaran Pemuda Indonesia Australia Tahun 2015. 

Gambar 1.Dokumentasi Foto Festival Karawo Tahun 2014






Gambar 2.Dokumentasi Foto Festival Karawo Tahun 2014





Gambar 3. Dokumentasi Foto Festival Karawo Tahun 2014



Gambar 4. Contoh Kipas Karawo



Gambar 5. Baju Karawo Semi Formal Wanita




 

Gambar 6. Contoh Syal Karawo



Gambar 7. Contoh Sapu Tangan Karawo




Gambar 8. Dasi Karawo




Gambar 9. Contoh karawo (baju dengan warna orange) yang digunakan pada beberapa kegiatan formal di Gorontalo

 

Seperti contoh gambar diatas, Karawo sering digunakan dalam acara atau kegiatan formal, misalnya, "ramah tamah wisuda" yang dilaksanakan di Provinsi Gorontalo. Dokumen foto diatas hanya merupakan salah satu contoh penggunaan kain karawo yang semakin populer dipakai oleh masyarakat. Melalui gambar ini terlihat beberapa dosen dan staf tenaga kependidikan yang sedang mengenakan pakaian seragam karawo berwarna "orange". 

Gambar 10. Contoh kain Karawo.

Kain Karawo ini biasa dapat dijadikan sebagai hadiah ataupun souvernir dalam beberapa kegiatan. Contoh kain karawo diatas adalah salah satu kenangan yang penulis peroleh dari hadiah / bingkisan di moment ramah tamah wisuda dan pengumuman achievement periode februari 2015. ^_^

 

 

 

References:

https://id.wikipedia.org/wiki/Karawo (diakses pada tanggal 7 September 2015)



Pamflet “Kerajinan Sulaman Karawo” oleh Perwakinan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo (2015) 

Selasa, 08 September 2015

Kebudayaan Unik 1: Tradisi Unik Ketika Bulan Ramadhan di Gorontalo

Galeri Gambar pada situs www.kebudayaanindonesia.net


TUMBILOTOHE”: 


“TRADISI UNIK GORONTALO UNTUK MENYAMBUT MALAM LAILATUL QADAR

Gorontalo merupakan provinsi ke-32 di Indonesia. Meskipun tergolong baru, namun banyak keunikan yang dapat kita jumpai melalui tradisi atau budaya yang sudah mengakar dan dijalankan sejak lama oleh masyarakat Gorontalo. Tradisi inilah yang menjadikan daerah Gorontalo memiliki keunikan yang khas dan berbeda dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. 

  Salah satu keunikan di Provinsi Gorontalo adalah Tradisi Tumbilotohe. Tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Gorontalo 3 atau 4 hari dimulai sejak malam hari ke -27 ramadhan secara berturut-turut sampai  dengan sebelum merayakan Hari Raya Idul fitri. Seluruh masyarakat khususnya yang beragama islam melakukan tradisi Tumbilotohe sabagai peringatan untuk menyambut  Malam Lailatul Qadar dan sebagai pertanda mulai berakhirnya bulan Ramadhan. 


Diantara beberapa pembaca yang berkunjung di blog ini, saya yakin mungkin saja, ada yang masih bingung dan bertanya-tanya apa sih sebenarnya makna dari “Tumbilotohe”? Tumbilotohe adalah bahasa Gorontalo yang bermakna “pasang lampu/memasang lampu”. Kata “tumbilotohe” berasal dari dua kata yakni “tumbilo” yang berarti pasang/memasang, dan “tohe” yang berarti lampu. 


Selama tiga malam sebelum menjelang lebaran, penduduk Gorontalo menjejerkan lampu-lampu ini dengan indah di teras, halaman, pagar-pagar rumah dan sepanjang jalan. Jenis lampu yang dipasang atau dinyalakan ini, sejak dahulu sampai dengan sekarang semakin mengalami perubahan. Perubahan dari cara yang tradisional menjadi lebih modern. Akan tetapi menurut saya selaku penulis blog ini, hal tersebut tidak mengurangi essensi dari tradisi itu sendiri.


Berdasarkan kesimpulan penulis dari hasil informasi yang diperoleh melalui situs Wikipedia serta beberapa blog lain yang telah dilist referensinya dibawah tulisan ini, menjelaskan bahwa tradisi tumbilotohe ini telah berlangsung sejak abad ke-15, dan jenis-jenis lampu yang pada awalnya digunakan sebagai cahaya penerang diambil dari damar. Damar merupakan getah pohon yang dapat menyala dalam waktu lama ketika dibakar. Damar ini dibungkus dengan janur dan diletakan diatas kayu. Seiring dengan berkembanganya zaman dan sulitnya menemukan damar, maka bentuk penerangan dilakukan dengan menggunakan padamala atau minyak kelapa. Setelah itu, lama kelamaan minyak kelapa ini tergantikan dengan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan minyak tanah. 


Sesuai dengan pengalaman penulis di tahun 1997, pada waktu itu penulis sempat merasakan sendiri bagaimana tradisi “tumbilotohe” masih dalam bentuk bambu yang dipotong dengan ukuran sama, kemudian dimasukan kain atau sabut kelapa dengan tujuan dapat menyerap minyak tanah, agar supaya lampu tetap menyala dan bertahan dalam waktu lama. Lampu ini dikenal dengan istilah obor. Di sepanjang jalan beberapa hiasan terbuat dari irisan bambu yang ditancapkan ke tanah, kemudian setiap bambu ini dihiasi janur. Bambu yang digelar di sepanjang jalan ini dihiasi dengan ornamen kaleng bekas dan botol minuman kecil berisi sumbu serta minyak tanah yang dibuat sekreatif mungkin supaya terlihat menarik bagi masyarakat atau pengujung yang datang.


culturenesia.com

  Namun, seiring berjalannya waktu, sulitnya mendapatkan minyak tanah karena harganya terbilang mahal menjadi salah satu faktor bagi masyarakat mulai mengurangi jumlah pemakaian lampu botol. Mereka pun beralih ke alternatif lebih modern dengan menggunakan lampu listrik kelap kelip yang berwarna warni. Perbedaan lain juga adalah dimasa sekarang suasana “tumbilotohe” pada anak-anak lebih dimeriahkan dengan menggunakan lampu listrik, dan ada pula yang menggunakan lilin beserta air yang dicampurkan dengan pewarna makanan.

thariqmodanggu.wordpress.com

 Disamping itu, pada masa sekarang, perayaan "tumbilotohe"  terlihat lebih unik dan indah, karena tidak hanya dilakukan dirumah-rumah saja, setiap masyarakat pada masing-masing kelurahan ataupun desa berlomba-lomba membuat lampu-lampu ini dalam berbagai macam bentuk menarik baik di sepanjang jalan, lokasi persawahan, kebun, sungai, jembatan, dan bahkan lapangan-lapangan kosong. Tradisi tumbilotohe ini biasanya didukung oleh beberapa instansi, perusahaan atau bahkan pejabat-pejabat setempat yang mensponsori suatu wilayah (lahan/tanah kosong) untuk membuat perayaan “Tumbilotohe”. menjadi lebih meriah dan mengagumkan. Berbagai formasi lampu yang dibentuk sedemikian rupa dijadikan daya tarik bagi pengunjung, misalnya melalui tulisan-tulisan kaligrafi, kitab suci Al Quran, mesjid dan lain sebagainya. 
Dokumentasi Penulis Blog "Tumbilotohe 2012" Foto anak bermain bunggo

  Keindahan di 3 malam terakhir ramadhan dapat dirasakan begitu khidmat dan meriah diiringi dengan lantunan musik bernuansa islami pada beberapa stage yang dibangun oleh warna setempat. Suasana religius pun terasa begitu kental saat masyarakat menyusuri setiap sudut pemandangan Gorontalo. Semua masyarakat termasuk pengunjung yang datang ke Provinsi Gorontalo dapat menikmati keindahan jutaan cahaya yang bersinar dari gemerlapnya lampu di sepanjang jalan atau rumah warga di Gorontalo. Bahkan, terkadang malam pasang lampu ini dimanfaatkan oleh sebagian anak-anak untuk bermain kembang api, dan “bunggo”. Bunggo ini adalah salah satu permainan yang terbuat dari bambu dan dibunyikan setiap bulan ramadhan, atau disebut juga dengan meriam bambu. 

  Ketika "malam pasang lampu" digelar, anda dapat menyaksikan langsung kebiasaan sekumpulan anak - anak yang berkunjung dari satu rumah ke rumah untuk memperoleh uang receh. Kebiasaan ini disebut dengan istilah “minta zakati”. Hal inilah yang merupakan keunikan dari malam tumbilotohe di Gorontalo. Seperti yang dikutip dari Wikipedia, bahwa pantun yang sering diucapkan oleh anak-anak pada saat tradisi pemasangan lampu dimulai yakni: Tumbilotohe, pateya tohe. Ta mohile jakati bubohe lo popatii. Secara turun temurun, budaya ini menjadi ajang hiburan bagi masyarakat setempat.

Dokumentasi Penulis Blog Pada "Tumbilotohe 2012"

 Saat ini tradisi tumbilotohe ini semakin berkembang ditandai dengan adanya festival tumbilotohe yang disertai dengan berbagai jenis lomba, misalnya: lomba bedug dll di masing-masing kecamatan atau kelurahan antar daerah di Provinsi Gorontalo. Foto disamping ini adalah pengalaman menarik penulis blog saat menyusuri keindahan Gorontalo dan berkunjung kebeberapa tempat sambil mengambil gambar pada malam Tumbilotohe atau malam pasang lampu. Bagi anda yang ingin berkunjung ke Provinsi Gorontalo, takkan lengkap rasanya jika tidak merasakan kemeriahan malam pasang lampu di setiap bulan Ramadhan.


REFERENCES:

https://id.wikipedia.org/wiki/Tumbilotohe (diakses pada tanggal : 5 September 2015) 


http://chingpaow.blogspot.com/p/budaya-daerah-gorontalo.html ((diakses pada tanggal : 5 September 2015)