Rabu, 23 September 2015



AKU UNTUK INDONESIA

(Aku dan Mimpiku, Mimpi Kita, dan Mimpi Indonesiaku)



“………Berilah aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia”. Kutipan yang disampaikan oleh Bung Karno dalam orasinya ini, mungkin saja pernah anda baca atau dengar. Dalam kalimat tersebut, setiap dari kita yang membacanya pastilah memilki interpretasi yang berbeda-beda. Menurut saya, kalimat yang secara tersirat ini menekankan bahwa pemuda sangatlah besar peranannya bagi kemajuan suatu bangsa.

Jika kita flashback sejarah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 dan sebelumnya, ketika Indonesia masih dibawah jajahan, serta bagaimana gigihnya para pahlawan yang membela tanah air demi sebuah kata “kemerdekaan”, melukiskan bahwasannya “ucapan terima kasih saja” terhadap para pahlawan tidaklah cukup untuk mengenang jasa mereka memperjuangkan negeri kita, Indonesia tercinta. Sebagai pemuda Indonesia, saya merasa memiliki tanggung jawab penuh dalam meneruskan perjuangan pahlawan, karena saya yakin bahwa mengisi kemerdekaan sebaik-baiknya adalah salah satu wujud langkah nyata dari sekedar ucapan terima kasih itu.

Bagaimanakah kita seharusnya mengisi kemedekaan ini? Haruskah dalam lingkup besar? Adakah  kekuatan besar yang datang secara tiba-tiba untuk mewujudkan sesuatu yang berarti itu? Jawabannya tidak. Karena justru dari langkah kecil itulah menentukan perubahan besar dalam hidup kita. Terus belajar dan meluangkan waktu menulis blog untuk berbagi pengalaman positif juga termasuk wujud nyata kita mengisi kemerdekaan. Tentunya, selama blog yang kita tulis mengandung hal positif dan bermanfaat pada orang lain. Itulah mengapa melalui blog ini, saya ingin berbagi kisah atau proses belajar ilmu dan pengalaman hidup saya pribadi. Dengan harapan dapat memberikan inspirasi kepada teman-teman sas789blog.

Saya adalah pemuda Indonesia yang tinggal di pulau Sulawesi tepatnya di Provinsi Gorontalo. Pemuda yang hanyalah dengan bekal segudang mimpi, cita-cita, rencana, semangat, serta kerja keras untuk terus ingin berkarya. Semangat dan niat untuk memberikan pengabdian bagi negeri ini termasuk lingkungan sekitar adalah salah satu tujuan hidup yang tidak pernah saya lupakan. Sebagai pemuda Indonesia asal Gorontalo yang terlahir dari kedua pasangan abdi Negara, saya terus berkeinginan kuat untuk tekun belajar, dan berbagi hasil belajar tersebut kepada orang lain. Saya begitu mencintai dunia pendidikan sehingga sebagian besar waktu saya habiskan untuk belajar, belajar ,dan belajar serta mengajar, mengajar, dan mengajar.

Perjalanan saya menyusuri kehidupan dari desa ke kota di Provinsi Gorontalo telah menghadirkan ilustrasi atau potret pendidikan saat ini di Provinsi saya. Indonesia telah merdeka, namun kemerdekaan seperti apakah yang kita inginkan? Inilah yang selalu hadir dalam benak saya ketika menyusuri potret pendidikan, khususnya di daerah terpencil bahkan di bagian kota provinsi saya. Sepertinya, banyak hal yang harus dibenahi. Namun, untuk membenahi ini pastilah membutuhkan proses baik dari segi biaya, tenaga dan waktu yang panjang. Maka, bukankah sebagai pemuda kewajiban kitalah untuk melangkahkan kaki membantu kerja pemerintahan ini? Bagi yang tidak terbiasa melakukannya, mungkin saja hal ini terdengar sulit, akan tetapi bagi saya suatu kenikmatan hidup sebenarnya hadir melalui proses perjuangan seperti ini.

Satu langkah awal yang pernah saya lalui dalam perjalanan hidup ini adalah memberikan pelajaran kebahasaan baik mengajarkan bahasa Inggris yang menjadi background pendidikan saya, dan mengajak untuk tetap melestarikan kebahasaan daerah Gorontalo yang semakin lama semakin tidak digunakan oleh generasi muda asli Gorontalo. Di Desa Tangga Jaya Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo menjadi salah satu tempat perlabuhan saya untuk membagikan sedikit pengetahuan, yang diperoleh sejak duduk di bangku kuliah.


Hal pertama yang sangat memprihatinkan bagi saya pribadi adalah kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan, sehingga tidak jarang ditemui generasi muda yang putus sekolah di lingkungan ini. Disisi lain, hal menarik bagi saya adalah anak-anak ini tetap begitu antusias dalam belajar, walaupun ternyata jarak antara sekolah, dan tempat tinggal mereka terbilang cukup jauh. Terlebih yang membanggakan saya adalah anak-anak ini yang masih begitu kental dengan bahasa daerahnya, sehingga membuat saya terinspirasi mengajak mereka membentuk komunitas sebagai icon generasi muda Gorontalo terpencil yang masih mencintai, dan fasih berbahasa daerah. Disinilah saya memulai perjalanan pengabdian pendidikan melalui pengajaran menggunakan metode belajar bahasa Asing yakni bahasa Inggris melalui bahasa daerah secara outdoor.  





Potret pendidikan Gorontalo saat ini tidak hanya saya dapatkan melalui pendidikan anak di daerah–daerah terpencil, melainkan juga saya melihat bagaimana potret pendidikan pada anak –anak berkebutuhan khusus dalam ruang lingkup formal di daerah perkotaan. Sungguh sangat disayangkan kurangnya tenaga pendidik, khususnya dalam bidang bahasa, dan kompetensi pendukung yang mengajar pada ranah-ranah seperti ini masih sangat kurang. Saya pun pernah mengangkat ini sebagai studi kasus dalam penelitian ilmiah saya, meskipun saya tak tahu kapan solusi dapat disediakan pemerintah untuk mewujudkan keberhasilan dan pemerataan pendidikan dalam ranah ini.

Bagi saya kritikan bukanlah jalan utama, namun kontribusi melalui saran pembenahan dan bantuan moril yang kita lakukan sebagai pemuda sangatlah dibutuhkan. Meskipun, saya tidak secara langsung dapat membuat perubahan yang begitu besar, dan wujud pengabdian secuil ini mungkinlah tidak dapat disetarakan dengan seberapa besar perjuangan para pahlawan membela tanah air untuk memperoleh kemerdekaan. Tetapi merupakan kepuasaan tersendiri bagi saya menjalani aktifitas-aktifitas seperti ini.

Pesan yang ingin saya bagikan untuk teman-teman sekalian adalah “janganlah berfokus untuk menjadi yang terbaik, namun berfokuslah untuk menjadi yang menyenangkan. Karna pastilah yang menyenangkan adalah sesuatu yang terbaik, dan yang terbaik biasanya belum tentu menyenangkan. Pikirkan dan putuskanlah secara baik-baik apakah hidup ini, akan kita habiskan untuk menjadi yang terbaik atau yang menyenangkan. Karna Hidup yang bermakna adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain.

Sampai pada akhirnya entah misteri seperti apa yang membawa saya berjalan mengikuti seleksi PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) dan terpilih menjadi delegasi AIYEP (Australia Indonesia Youth Exchange Program) 2015. Bagi saya ini bukanlah sebuah kebetulan, namun inilah kesempatan emas yang diberikan Tuhan untuk saya agar mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan berharga, sehingga sekembalinya saya mampu memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi masyarakat Indonesia dan terlebih di daerah kelahiran saya, Provinsi Gorontalo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar