AKU UNTUK INDONESIA
(Aku dan Mimpiku, Mimpi Kita, dan Mimpi Indonesiaku)
“………Berilah aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada
Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia”. Kutipan
yang disampaikan oleh Bung Karno dalam orasinya ini, mungkin saja pernah anda
baca atau dengar. Dalam kalimat tersebut, setiap dari kita yang membacanya
pastilah memilki interpretasi yang berbeda-beda. Menurut saya, kalimat yang
secara tersirat ini menekankan bahwa pemuda sangatlah besar peranannya bagi
kemajuan suatu bangsa.
Jika kita flashback
sejarah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 dan sebelumnya, ketika Indonesia
masih dibawah jajahan, serta bagaimana gigihnya para pahlawan yang membela
tanah air demi sebuah kata “kemerdekaan”, melukiskan bahwasannya “ucapan terima
kasih saja” terhadap para pahlawan tidaklah cukup untuk mengenang jasa mereka
memperjuangkan negeri kita, Indonesia tercinta. Sebagai pemuda Indonesia, saya
merasa memiliki tanggung jawab penuh dalam meneruskan perjuangan pahlawan, karena
saya yakin bahwa mengisi kemerdekaan sebaik-baiknya adalah salah satu wujud
langkah nyata dari sekedar ucapan terima kasih itu.
Bagaimanakah kita seharusnya
mengisi kemedekaan ini? Haruskah dalam lingkup besar? Adakah kekuatan besar yang datang secara tiba-tiba untuk
mewujudkan sesuatu yang berarti itu? Jawabannya tidak. Karena justru dari langkah
kecil itulah menentukan perubahan besar dalam hidup kita. Terus belajar dan
meluangkan waktu menulis blog untuk berbagi pengalaman positif juga termasuk
wujud nyata kita mengisi kemerdekaan. Tentunya, selama blog yang kita tulis mengandung hal positif dan bermanfaat pada
orang lain. Itulah mengapa melalui blog ini, saya ingin berbagi kisah atau
proses belajar ilmu dan pengalaman hidup saya pribadi. Dengan harapan dapat
memberikan inspirasi kepada teman-teman sas789blog.
Saya adalah pemuda Indonesia
yang tinggal di pulau Sulawesi tepatnya di Provinsi Gorontalo. Pemuda yang
hanyalah dengan bekal segudang mimpi, cita-cita, rencana, semangat, serta kerja
keras untuk terus ingin berkarya. Semangat dan niat untuk memberikan pengabdian
bagi negeri ini termasuk lingkungan sekitar adalah salah satu tujuan hidup yang
tidak pernah saya lupakan. Sebagai pemuda Indonesia asal Gorontalo yang
terlahir dari kedua pasangan abdi Negara, saya terus berkeinginan kuat untuk
tekun belajar, dan berbagi hasil belajar tersebut kepada orang lain. Saya begitu
mencintai dunia pendidikan sehingga sebagian besar waktu saya habiskan untuk
belajar, belajar ,dan belajar serta mengajar, mengajar, dan mengajar.
Perjalanan saya menyusuri
kehidupan dari desa ke kota di Provinsi Gorontalo telah menghadirkan ilustrasi
atau potret pendidikan saat ini di Provinsi saya. Indonesia telah merdeka, namun
kemerdekaan seperti apakah yang kita inginkan? Inilah yang selalu hadir dalam
benak saya ketika menyusuri potret pendidikan, khususnya di daerah terpencil bahkan
di bagian kota provinsi saya. Sepertinya, banyak hal yang harus dibenahi. Namun, untuk membenahi ini pastilah membutuhkan proses baik dari segi biaya, tenaga dan waktu
yang panjang. Maka, bukankah sebagai pemuda kewajiban kitalah untuk
melangkahkan kaki membantu kerja pemerintahan ini? Bagi yang tidak terbiasa melakukannya,
mungkin saja hal ini terdengar sulit, akan tetapi bagi saya suatu kenikmatan hidup sebenarnya hadir melalui proses perjuangan seperti ini.
Satu langkah awal yang pernah
saya lalui dalam perjalanan hidup ini adalah memberikan pelajaran kebahasaan
baik mengajarkan bahasa Inggris yang menjadi background pendidikan saya, dan mengajak
untuk tetap melestarikan kebahasaan daerah Gorontalo yang semakin lama semakin
tidak digunakan oleh generasi muda asli Gorontalo. Di Desa Tangga
Jaya Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo menjadi salah satu tempat perlabuhan
saya untuk membagikan sedikit pengetahuan, yang diperoleh sejak duduk di bangku
kuliah.
Hal pertama yang sangat memprihatinkan bagi saya pribadi adalah
kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan, sehingga tidak jarang
ditemui generasi muda yang putus sekolah di lingkungan ini. Disisi lain, hal
menarik bagi saya adalah anak-anak ini tetap begitu antusias dalam belajar, walaupun ternyata jarak antara sekolah, dan tempat tinggal mereka terbilang cukup jauh. Terlebih yang
membanggakan saya adalah anak-anak ini yang masih begitu kental dengan bahasa
daerahnya, sehingga membuat saya terinspirasi mengajak mereka membentuk komunitas sebagai
icon generasi muda Gorontalo terpencil yang masih mencintai, dan fasih berbahasa
daerah. Disinilah saya memulai perjalanan pengabdian pendidikan melalui
pengajaran menggunakan metode belajar bahasa Asing yakni bahasa Inggris melalui
bahasa daerah secara outdoor.
Potret pendidikan Gorontalo
saat ini tidak hanya saya dapatkan melalui pendidikan anak di daerah–daerah
terpencil, melainkan juga saya melihat bagaimana potret pendidikan pada anak
–anak berkebutuhan khusus dalam ruang lingkup formal di daerah perkotaan.
Sungguh sangat disayangkan kurangnya tenaga pendidik, khususnya dalam bidang
bahasa, dan kompetensi pendukung yang mengajar pada ranah-ranah seperti ini
masih sangat kurang. Saya pun pernah mengangkat ini sebagai studi kasus dalam
penelitian ilmiah saya, meskipun saya tak tahu kapan solusi dapat disediakan
pemerintah untuk mewujudkan keberhasilan dan pemerataan pendidikan dalam ranah
ini.
Bagi saya kritikan bukanlah
jalan utama, namun kontribusi melalui saran pembenahan dan bantuan moril yang
kita lakukan sebagai pemuda sangatlah dibutuhkan. Meskipun, saya tidak secara
langsung dapat membuat perubahan yang begitu besar, dan wujud pengabdian secuil
ini mungkinlah tidak dapat disetarakan dengan seberapa besar perjuangan para
pahlawan membela tanah air untuk memperoleh kemerdekaan. Tetapi merupakan
kepuasaan tersendiri bagi saya menjalani aktifitas-aktifitas seperti ini.
Pesan yang ingin
saya bagikan untuk teman-teman sekalian adalah “janganlah berfokus untuk
menjadi yang terbaik, namun berfokuslah untuk menjadi yang menyenangkan. Karna
pastilah yang menyenangkan adalah sesuatu yang terbaik, dan yang terbaik
biasanya belum tentu menyenangkan. Pikirkan dan putuskanlah secara baik-baik
apakah hidup ini, akan kita habiskan untuk menjadi yang terbaik atau yang menyenangkan.
Karna Hidup yang bermakna adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain.
Sampai pada akhirnya entah
misteri seperti apa yang membawa saya berjalan mengikuti seleksi PPAN
(Pertukaran Pemuda Antar Negara) dan terpilih menjadi delegasi AIYEP (Australia
Indonesia Youth Exchange Program) 2015. Bagi saya ini bukanlah sebuah
kebetulan, namun inilah kesempatan emas yang diberikan Tuhan untuk saya agar mendapatkan
banyak pengalaman dan pengetahuan berharga, sehingga sekembalinya saya mampu memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi masyarakat Indonesia dan terlebih di
daerah kelahiran saya, Provinsi Gorontalo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar